Covid-19 di Sekolah Meluas, Yogya Batasi Durasi PTM Terbatas 2,5 Jam
- by admin
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menginvestigasi sebaran kasus Covid-19 dari klaster sekolah. Berawal dari Kecamatan Sedayu di Kabupaten Bantul, klaster disebut telah menyebar ke tiga kabupaten lain tetangga di DIY sejak akhir Oktober.
Indikasi sementara yang didapati Pemda DIY adalah adanya kelengahan dari Satgas Covid-19 tingkat sekolah dalam penegakan protokol kesehatan. Terutama pembiaran kerumunan di sela jam sekolah.
Kerumunan ini ditengarai salah satunya karena durasi jam pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas yang terlalu panjang. “Maka itu kalau durasinya lebih dari 2,5 jam biasanya ada jam istirahat, kantin sekolah akan buka, dan siswa berkerumun,” kata Sekretaris DIY, Kadarmanta Baskara Aji, Rabu 10 November 2021.
Pemda DIY, kata Aji, akan mengevaluasi penuh kegiatan pembelajaran tatap muka yang sudah berjalan di semua sekolah baik jenjang SD, SMP, dan SMA. “Khususnya evaluasi soal durasi pembelajaran tatap muka, kami akan pangkas maksimal hanya boleh 2,5 jam saja,” katanya lagi.
Aji menuturkan, dari temuan klaster sekolah yang meluas itu, tak hanya siswa yang menjadi pembawa virus ke sekolah. Tapi juga ada dari kalangan guru. Misalnya dari Kabupaten Sleman, selain 64 siswa, sedikitnya 15 guru yang telh ditemukan terinfeksi Covid-19.
“Jadi ada siswa tertular dari anggota keluarganya dulu lalu menulari teman-temannya, dan ada guru yang tertular dari luar lalu menulari lingkungan sekolahnya,” kata Aji.
Mengendurnya penerapan protokol kesehatan tak hanya terjadi di sekolah. Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Diono Susilo menuturkan sebagian besar masyarakat di berbagai sektor merasa telah aman. Dia menyuarakan pendekatan sanksi hukum dalam penegakan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
“Sehingga masyarakat tidak bermain-main soal ini dan sadar bahwa penularan masih terjadi,” kata Diono dalam dialog daring Rabu 10 November 2021.
Dari temuan klaster sekolah yang meluas itu, tak hanya siswa yang menjadi pembawa virus Covid-19 ke sekolah. Tapi juga ada dari kalangan guru.