Dampak Gempa Karangasem Bali, Pemukiman Rusak Hingga Kaldera Gunung Ambrol

Gempa darat pada 16 Oktober 2021 menimbulkan banyak kerusakan di Kabupaten Karangasem dan Bangli, Provinsi Bali. Seribuan bangunan dan jalan mengalami kerusakan, keretakan tanah di kaki gunung, hingga dinding kaldera Gunung Batur ikut longsor.

Potensi bencana masih berlanjut dari faktor curah hujan. “Yaitu curah hujan tinggi, karena sekarang sudah masuk musim hujan,” kata Supartoyo, peneliti gempa dari PVMBG yang dikonfirmasi Sabtu, 13 November 2021.

Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Karangsem dan pengamatan tim peneliti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di lapangan, dampak kejadian gempa bumi, yaitu satu orang meninggal dunia, delapan orang luka berat, dan 67 orang luka ringan. Daerah terparah adalah Desa Ban, Kecamatan Kubu, yang tersebar di beberapa lokasi Banjar Dusun.

Sebanyak 371 unit rumah rusak berat dan 1.015 unit rumah rusak ringan. Dampak lainnya berupa bahaya ikutan, yaitu gerakan tanah dan retakan tanah yang terdapat di ruas jalan Desa Ban–Kintamani dan amblesan tanah (subsidence). Retakan sepanjang 16 meter dengan lebar 10-15 meter dan amblesan dengan kedalaman 20 sentimeter.

Sementara di Bangli tercatat dua orang meninggal dunia, tiga orang korban luka berat, dan lima orang luka ringan. Daerah terdampak tersebar pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kintamani, Bangli, Susut dan Tembuku. Rumah warga yang rusak berjumlah 44 unit, tempat ibadah milik pribadi sebanyak 28 unit, fasilitas umum milik masyarakat tiga unit, dan fasilitas milik pemerintah berjumlah tiga unit.

Dari laman PVMBG, morfologi daerah tersebut secara umum dominan perbukitan bergelombang hingga terjal, sebagian lagi merupakan dataran hingga dataran bergelombang dan lembah. Adapun menurut peta geologi lembar Bali dan pengamatan tim riset di lapangan, daerah tersebut tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan Gunung Buyan-Baratan dan Batur, batuan Gunung Agung, dan sebagian lainnya merupakan endapan aluvial rombakan.

Endapan Kuarter bersifat urai, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi dan longsor yang bisa dipicu dari curah hujan. Sebaran lokasi gerakan tanah terdapat di beberapa lokasi, yaitu pada dinding kaldera Gunung Batur, sepanjang akses jalan menuju Desa Trunyan di Kecamatan Kintamani.

Kejadian gerakan tanah tersebut telah mengakibatkan korban meninggal dunia dan luka berat. Selain itu gerakan tanah ini mengakibatkan tertutupnya akses jalan dari dan menuju Desa Trunyan dan tidak dapat dilalui kendaraan.

PVMBG merekomendasikan penutupan sementara akses jalan darat dari dan menuju Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, serta akses jalan jalur pendakian menuju puncak Gunung Abang, karena diperkirakan adanya potensi gerakan tanah susulan.

Potensi bencana akibat gempa masih berlanjut dari faktor curah hujan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *